written by : Arya Verdi Ramadhani
“Mas Haqi, saya sudah di daerah Depok. Dari sini ke arah mana ya?” gw bertanya melalui telepon.
“Mas, cari saja Depok Mall, nah di seberangnya ada Bank BCA. Setelah BCA ada gang kecil, Mas belok saja disitu. Nanti tinggal cari Mushalla kecil” jawab suara di ujung sana.
Percakapan tersebut terjadi antara gw dan Mas Haqi pada sabtu, 21 Juli yang lalu. Meki sempat sedikit “nyasar”, akhirnya kami bisa menemukan tempat yang dicari, yaitu Yayasan Pazki.
Padepokan Zammi Karina Indonesia, atau biasa disingkat PAZKI, adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Yayasan yang berlokasi di bilangan Depok ini, menyelenggarakan pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak jalanan, dhuaffah, anak yatim, dan anak terlantar. Saat ini ada kurang lebih 40 anak yang bernaung di bawah Yayasan ini. Pendidikan yang diselenggarakan bertujuan agar anak-anak tersebut menjadi berdaya dan tidak lagi tertindas oleh lingkungan yang memberikan pengaruh buruk kepada mereka. Sistem pendidikan yang dibangun di yayasan tersebut adalah Pendidikan Profesional Berbasis Kekeluargaan. Artinya, para pengurus yayasan dan guru mengutamakan penanganan anak dengan pendekatan “Cinta”. Dengan “cinta”, maka anak-anak tersebut akan merasa senantiasa aman dan nyaman, sesuatu yang mungkin selama ini tidak mereka rasakan.
Pada Sabtu siang itu, gw (ditemani istri tercintaah..asoooi), Teboi, dan Pitut selaku panitia GREYUNION sengaja berkunjung ke Yayasan Pazki. Bagi gw pribadi, kunjungan ini sekaligus menuntaskan amanah yang lama tertunda. Ya, gw sudah lama berjanji kepada Mas Haqi – sahabat lama gw sekaligus pengurus yayasan- untuk berkunjung ke Pazki. Di samping hal itu, selain bersilaturahmi, kunjungan kali ini sekaligus menjadi ajang perkenalan antara pengurus Pazki dan panitia GREYUNION. Pada tulisan sebelumnya, gw bercerita bahwa GREYUNION sedikit berbeda dengan acara reuni lainnya karena terdapat kegiatan pre-reuni yang dapat mewadahi kegiatan saling berbagi, di antara nya kegiatan berbuka puasa bersama dan berbagi ilmu dengan anak yatim/anak jalanan. Nah, bersama Yayasan Pazki inilah kita akan mewujudkan rencana tersebut.
Kembali kepada cerita perjalanan kami menuju Pazki. Setelah sempat nyasar cukup jauh, akhirnya kami tiba di gang kecil yang disebutkan oleh Mas Haqi. Bermodalkan insting “sok tau” kami berusaha untuk menemukan sendiri mushalla yang disebutkan Mas Haqi. Walhasil, kami kembali salah jalan. Hehehe. Jalan yang kami lewati dapat dikatakan cukup sempit, hanya muat dilewati satu mobil. Untungnya saat itu, tidak ada mobil lain dari arah berlawanan. Sehingga kami tidak perlu repot-repot memberikan jalan. Setelah melewati jalan sempit tersebut, kami diarahkan Mas Haqi untuk memarkir mobil di sebuah lapangan yang cukup besar. Di sanalah mobil-mobil yang dimiliki warga sekitar biasa diparkir. Begitu turun dari mobil, kami disambut dengan sangat hangat oleh Mas Haqi dan istri. Kami pun kemudian diajak berjalan kaki beberapa meter lagi, melewati rumah-rumah warga, sebelum sampai di Yayasan Pazki.
Yayasan Pazki adalah sebuah rumah “setengah jadi”, alias masih dalam tahap pembangunan. Saat kami tiba disana, terlihat beberapa anak yang sedang berkumpul. Anak-anak itu – yang kesemuanya adalah lelaki - mayoritas berkulit hitam, berambut ala anak jaman sekarang, berbaju sedikit lusuh dan tanpa menggunakan alas kaki. Sekilas mereka mewakili penampilan anak jalanan yang biasa ditemukan di pinggir jalan kota Jakarta.
Dalam hati, gw amat maklum dengan penampilan mereka, toh pada dasarnya mereka memang anak-anak jalanan. Meski berpenampilan demikian, mereka semua amat sopan dengan tamu yang berkunjung. Melihat kami datang, tanpa dikomando mereka semua menghampiri dan mencium tangan kami satu persatu sambil mengucapkan salam. Hal yang membuktikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan mengenai sopan santun yang baik. Gw membatin, bila mereka tetap berada di jalanan, hampir mustahil mereka dapat berperilaku demikian.
Obrolan antara kami dan Mas Haqi berlangsung di sebuah saung kecil. Menurut Mas Haqi, selain digunakan untuk menyambut tamu yang berkunjung, saung tersebut biasa digunakan bagi para guru untuk mengajar anak-anak penghuni Pazki. Seiring waktu berjalan, Mas Haqi banyak bercerita mengenai visi dan misi Pazki, tantangan dalam mendidik anak-anak, dan rencana pembangunan yang masih terus berjalan. Sebagai informasi, segala dana operasional Pazki 100% berasal dari para donator yang ikhlas berbagi sebagian rezekinya. Dalam obrolan tersebut, kami bercerita mengenai rencana kami untuk mengajak anak-anak Pazki untuk berbuka bersama anak-anak SMUN 70 angkatan 2001 dalam acara GREYUNION. Kami juga menceritakan keinginan untuk berbagi ilmu kepada anak-anak Pazki. Mas Haqi menyatakan kegembiraannya rencana kami tersebut. Menurutnya, anak-anak Pazki amat memerlukan acara-acara seperti itu untuk membuktikan bahwa masih banyak orang di luar sana yang mau berbagi dan peduli dengan mereka. Selain itu, dengan adanya kegiatan berbagi ilmu, maka anak-anak Pazki akan mendapatkan pengetahuan yang mungkin selama ini tidak mereka dapatkan dari para guru.
Setelah hampir satu jam kami berbincang, Mas Haqi mengajak kami untuk melihat bagian dalam Pazki. Saat masuk ke dalam, terlihat di tembok rumah foto-foto anak penghuni Pazki yang tertata rapi.
Di bagian pojok rumah tersebut, terdapat sebuah lemari buku, yang Mas Haqi sebut “perpustakaan kecil”. Namun, belum banyak buku yang menjadi koleksi Pazki. Disamping itu, Mas Haqi mengakui sulitnya menumbuhkan minat membaca pada anak-anak. Hm, gw membatin bahwa menyumbang buku bisa menjadi salah satu kontribusi yang dapat diberikan oleh GREYUNION. Kemudian, kami diajak melihat bagian luar Pazki. Di bagian tersebut akan dibangun dapur dan kamar anak, karena kamar yang sekarang sudah tidak bisa menampung para penghuni Pazki yang semakin bertambah. Setelah berbincang beberapa saat lagi, kami pun mohon pamit pulang kepada Mas Haqi dan istri. Sambil berjalan menuju mobil, kami berjanji kepada untuk segera menindaklanjuti rencana buka puasa dan berbagi ilmu. Untuk buka bersama, kami rencanakan untuk diadakan pada hari MInggu 5 Agustus, sedangkan acara berbagi ilmu akan dilaksanakan pada pertengahan September. Mas Haqi dan istri pun tersenyum mendengar rencana kami tersebut dan amat menanti kehadiran kami kembali.
Di perjalanan pulang, kami saling berbagi betapa berkesannya kunjungan tersebut. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa masih ada orang-orang yang rela bekerja tanpa mengharapkan imbalan demi pendidikan anak-anak Indonesia. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, betapa pendidikan yang baik dapat mengubah perilaku anak. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, betapa mulianya orang-orang yang ikhlas berbagi demi kepentingan orang lain. Kami bermimpi, bila saja semua orang rela berbagi maka tentu akan semakin banyak lahir Pazki – Pazki lain. Kami bermimpi, bila saja semua orang rela berbagi maka akan semakin banyak anak Indonesia yang berkesempatan mendapat pendidikan yang baik. Melalui GREYUNION, mari kita wujudkan bersama sedikit saja dari mimpi tersebut. Libatkan diri teman-teman dalam kegiatan berbuka bersama dan berbagi ilmu bersama anak-anak Pazki. Bila hal tersebut belum memungkinkan, maka jangan khawatir. Dengan mengikuti GREYUNION teman-teman sudah terlibat dalam kegiatan tersebut, karena uang yang teman-teman bayarkan sebagai HTM GREYUNION, sebagian akan panitia sisihkan untuk mendukung kegiatan Pre-Reuni tersebut. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, ramaikan kegiatan tersebut. Untuk detail acaranya, ditunggu aja ya melalui situs ini atau twitter @TRBGLT.
Gw suka idenya Bapak & Ibu panitia =)
BalasHapusSayang gw ga bisa ikut terlibat dr jauh..
Kabarin gw yah kalo ada yg bisa gw bantu selain doa and cheering :))
Ali
Oii Li, apa kabar?
BalasHapusThx ya supportnya..
ada kok yg bs lo lakukan dari jauh :
1. Tetep Bayar HTM meski ga bisa dtg :p
2. Jadi donatur untuk kegiatan Pre-Reuni
3. Mohon doa supaya GREYUNION bs berjalan baik, dan bmanfaat untuk org banyak :)
Salam,
Verdi