written by : F.A. Triatmoko H.S
jalan Bulungan, dahulu kala terdapat dua buah sekolah yang letaknya bersampingan, SMA 9 dan SMA 11. Konon, kedua sekolah tersebut tak henti-hentinya berkelahi, layaknya anjing dan kucing yang selalu bermusuhan. Karena rutinitas berkelahi yang sudah menjadi-jadi, hingga memakan korban dan membuat sekolah seringkali diliburkan, akhirnya berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Prof. Dr. Daoed Joesoef, kedua sekolah tetangga itu pun dilebur. Tanggal 5 Oktober 1981, bertepatan dengan hari ABRI, lahirlah sebuah SMA baru; SMA 70.
Berkat penggabungan tersebut, SMA 70 memiliki: 91 kelas, siswa sebanyak 4806 orang, guru sebanyak 183 orang, karyawan berjumlah 75 orang, dan 11 orang Wakil Kepala Sekolah. Jika dilihat dari jumlah muridnya, yang katanya terbesar kedua di dunia, wajar saja jaman dulu 70 ditakuti oleh sekolah-sekolah di sekitarnya.
Tanggal peleburan tadi, hingga kini dirayakan sebagai ulang tahun SMA 70. Dan, sama seperti ulang tahun pada umumnya, ada acara-acara yang biasanya dilakukan untuk memperingatinya. Selain upacara, entah sejak kapan, selalu diadakan acara yang diberi nama Gelar Kreatifitas, atau biasa dikenal sebagai GK. dan hari ini, 5 Oktober 1998, adalah GK pertamaku.
Dalam GK, biasanya ada beberapa acara seperti bazar dan pentas seni; tari, musik dsb. Acara yang paling kuingat tentunya adalah acara di areal panggung; tari-tarian dan musik.
Untuk tari-tarian, ada 1 acara yang pastinya ditunggu-tunggu hampir seluruh siswa 70, yaitu cheerleader dan tarian modern. Di sekolahku ini ada sebuah ekstra kurikuler yang bergerak di kedua bidang tarian tersebut, yaitu Persada Karya Cipta atau PKC. Di setiap angkatan, anggota-anggota PKC ini terkenal berisikan gadis-gadis cantik nan seksi. Lumrah saja, penampilan mereka selalu dinanti oleh jejaka-jejaka 70.
Hari itu, Aku dan banyak lainnya, segera berhamburan mengerumuni areal depan panggung utama, begitu terdengar lagu berirama dance. Itu tandanya, tarian dari gadis-gadis PKC akan segera terhidangkan. Ibarat hewan yang lama tidak diberi makan, kami mendatangi lokasi pertunjukkan dengan liur dan rasa lapar yang tak tertahankan. Deret paling beruntung, yang ada di baris depan penonton, duduk di lantai lapangan basket yang difungsikan sebagai kawasan panggung utama. Yang tidak beruntung mendapat spot bagus untuk menonton, harus bersusah payah demi memuaskan hasrat menontonnya. Ada yang menonton dengan menaiki panggung, ada yang yang mencoba menyempil sambil sesekali meloncat agar pandangannya jelas, dan bahkan ada yang menonton dari bawah panggung!
Pertunjukkan pun dimulai. Setiap pasang mata, berusaha untuk tidak terkedip. Kedip sekali saja, rasanya sudah kehilangan 5 menit pertunjukkan, yang kurang lebih hanya berlangsung selama 15 menit. Bagi kami, para pria remaja yang baru memasuki masa puber, kemolekan tubuh pedansa PKC menjadi tujuan utama. Tak peduli, apakah gerakannya sesuai dengan musik, atau ada yang melakukan gerakan yang salah. Yang penting, mata terpuaskan.
Selain itu, acara panggung musik pasti akan menarik diriku. Maklum, salah satu alasan tambahan masuk ke 70 adalah karena sekolah ini sekolahnya artis-artis. Siapa tahu dengan Aku bersekolah disini, suatu saat akan bisa ketularan menjadi pemain band yang nongol di televisi. Tapi, sayang sekali GK pertama ini Aku belum bisa manggung disitu. Kala itu, AKu belum punya band dan juga belum punya siapa-siapa untuk diajak bermusik.
Satu persatu, panggung pun terisi berbagai penampilan band-band lokal 70. Penonton pun sepertinya terpuaskan dengan aksi penampil-penampilnya. Beberapa agit yang tampil di panggung beberapa kali berteriak-teriak, "SALAM COKLAT!". Terang saja Aku bingung. "Apa maksudnya?"
Bodohnya Aku! Ketika kulihat jaket angkatan agit, baru kutahu maksudnya. Jaket mereka berwarna coklat, jadi salam coklat ini pasti salam penanda angkatan mereka. Aud, karena jaketnya berwarna merah marun, pasti juga akan menyebutkan salam marun jika ada kesempatan.
Namun, di tengah suasana keramaian panggung, Aku merasakan hawa-hawa negatif yang berkembang di sekitar kawasan depan panggung.
Di kawasan itu, hanya ada kumpulan agit. Sedangkan, aud hanya berada di tepian mereka. Hawa negatif semakin nyata ketika ada sebuah band aud yang tampil. Gerombolan agit yang berada di depan panggung berespon dengan biasa saja, bahkan cenderung mengitimidasi. Agit yang sebelumnya berjoget mengikuti alunan musik, segera berdiri anteng-anteng saja. Beberapa dari mereka mendekati bibir panggung, lalu menatapi personil-personil band tersebut. Seseorang diantaranya, membisikkan sesuatu pada seorang personil band, mungkin meminta mereka agar tidak banyak tingkah. Siapa juga yang berani melawan kakak kelas bertampang ganas-ganas? Akibatnya, jarang sekali salam marun, yang menjadi identitas aud, berkumandang di panggung.
Ditambah lagi, satu ketika, agit mengajak kami turun ke depan panggung dan ikut berjoget bersama, sedangkan aud ditinggalkan sendirian di tepian arena. Ibaratnya, menganakemaskan kami, utas, dan menganaktirikan aud. Dan lebih jauh lagi, mulai menabur benih-benih permusuhan antara angkatan kami dan angkatan aud.
Dalam GK ini, Aku tak bisa bertahan menonton hingga acara berakhir, di ujung sore. Jarak yang jauh antara rumah dan sekolah, mengharuskanku untuk pulang lebih cepat. Tapi, gambaran tentang acara ulang tahun 70, sudah mulai terbentuk di kepalaku, mulai dari upacara, dance gadis-gadis rupawan, hingga perseteruan terselubung di areal panggung.
Kita lihat saja GK tahun depan, apakah masih akan serupa dengan tahun 1998 ini, atau akan muncul kejadian yang lebih berkesan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar