Sabtu, 07 Juli 2012

Cerbung - Awal Mulanya Masuk 70

written by : F.A. Triatmoko H.S.


Akhir-akhir ini Aku melihat berita-berita miring tentang almamaterku, SMA 70. Mulai dari pemalakan oleh anak kelas 3 terhadap kelas 1, tawuran, hingga kekerasan anak kelas 3 kepada kelas 1. Karena santernya berita itu, entah karena apa, Aku jadi kangen dengan masa-masa itu. Kenangan-kenangan waktu itu, mulai liar bermunculan di kepalaku. Kini, kucoba saja mengeluarkan kisah-kisah itu lagi..

--

Bulan-bulan terakhir SMP. Sebentar lagi akan ada EBTANas (Evaluas Belajar Tahap Akhir Nasional). Saat inilah Aku harus menentukan SMA tujuanku nanti.

Beberapa pilihan masuk dalam daftar-pilihku: SMA 8, 70, 28, 38 dan 55. Namun, diantara 5 pilihan, hanya beberapa yang masuk hitungan: SMA 8, 70, 28 dan 38. Dari empat itu, aku diharuskan untuk memilih 3. Pilihan pun tak terlalu sulit. SMA 8 pun akhirnya kuhilangkan dari daftar. Alasannya sederhana: Aku ingin bersekolah di SMA unggulan, namun yang aktivitasnya tak hanya belajar (waktu itu, imej SMA 8 bagiku adalah sekolah belajar terus). Ditambah lagi, 8 terasa sangat jauh bagiku; daerah Bukit Duri yang ku tak tahu dimana itu. Akhirnya, lewat lah sekolah itu.

Lalu, antara SMA 70 dan 28. Keduanya adalah sekolah bagus. Namun, 70 tak punya kelebihan yang dimiliki 28, yaitu letaknya yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Tapi ternyata hal itu tidak berpengaruh terhadap pemilihanku. Aku lebih tertarik dengan reputasi SMA 70 sebagai SMA tukang berkelahi. Akhirnya, terdorong darah muda yang mengaliri nadiku saat itu, SMA 70 pun mejadi pilihan pertamaku.

--

Setelah EBTANas, Aku tinggal menunggu pengumuman penerimaan SMA. Tapi, saat itu Aku cukup yakin bisa masuk 70. Penyebabnya adalah permainan kartu remi. Kok bisa?

Tahun itu adalah 1998, bertepatan dengan piala dunia 1998 dimana Perancis menjadi tuan rumah sekaligus juaranya. Sama seperti pria-pria kebanyakan, Aku pun ikutan begadang untuk nonton bola.Di sela-sela menanti siarang langsungnya, Aku dan beberapa saudaraku bermain kartu remi. Permainan itu pun dihitung; menang kalahnya, sehingga pemenang akan dilihat dari pemain dengan angka terbesar.

Nah, beberapa kali aku mendapatkan nilai 70 ketika bermain. Walaupun alasan tersebut sangat dangkal, namun Aku cukup percaya bahwa angka itu akan membawaku ke SMA pilihanku.

Dan ternyata benar. Ketika pengumuman penerimaan SMA, Aku dan beberapa temanku diterima di 70. lalu terbayanglah bersekolah di sekolah elit di kawasan Bulungan, dengan reputasi tukang berkelahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar