Minggu, 02 September 2012

TrabalGlitter Berbagi Ilmu


Written by : Arya Verdi Ramadhani

Hei Trabalista & Glitter semua, apa kabar? Semoga semua dalam keadaan sehat wa’alfiat. Sebelumnya gw mengucapkan minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin. Setelah kita melewati bulan suci Ramadhan, semoga kita semua dapat kembali fitri. Amien.
Kalau kata penjaga SPBU Pertamina “Dimulai (lagi) dari Nol ya” J 

Suasana Buka Puasa Bersama Yayasan PAZKI
 Sepertinya gw berhutang mohon maaf karena tidak sempat membuat artikel khusus mengenai kegiatan Buka Puasa Bersama dengan Yayasan Pazki pada 5 Agustus yang lalu seperti yang pernah gw janjikan. Oleh karena  beberapa kesibukan, walhasil artikel itu belum sempat disusun. Namun, mengenai laporan keuangan telah di post sebelumnya ya, sehingga buat TrabalGlitter yang telah menyisihkan sebagian rezeki untuk kegiatan tersebut dapat terlaporkan mengenai penggunaan dana nya. Bagaimanapun itu adalah amanah yg diberikan kepada panitia. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, gw bisa membuat artikel tentang kegiatan buka puasa bersama itu.

Nah, untuk artikel kali ini, gw mau mengingatkan TrabalGlitter bahwa kegiatan Pre-Reuni GREYUNION – yang fokus pada kegiatan berbagi – tidak hanya berhenti di buka puasa bersama. Ya, karena panitia telah merencanakan beberapa kegiatan Pre-Reuni yang dapat mewadahi kegiatan berbagi tersebut. Setelah kegiatan berbuka puasa bersama, maka selanjutnya akan diselenggarakan kegiatan “TrabalGlitter Berbagi Ilmu”.  Inti dari kegiatan tersebut adalah mengajak TrabalGlitter untuk berbagi ilmu/keahlian/pengalaman yang dimiliki kepada anak-anak Yayasan Pazki.

Gw membayangkan, saat TrabalGlitter membaca artikel ini tentu banyak pertanyaan yang muncul di kepala ya. Nah, gw mencoba menerka-nerka pertanyaan yang kira-kira muncul :

Mengapa Gw harus ikut “TrabalGlitter Berbagi Ilmu”?
Well, gw sudah pernah membahasnya dalam artikel yang berjudul “Share Our Memorable Journey”. Kalau males membacanya lagi, intinya di artikel tersebut menjelaskan bahwa kegiatan berbagi itu amat bermanfaat. Selain dapat membantu mencerdaskan anak-anak Yayasan Pazki, ternyata berbagi ilmu itu telah terbukti secara ilmiah bahwa dapat meningkatkan kebahagiaan lho. Lengkapnya dibaca aja ya artikelnya.

Dimana sih Ngajarnya?
Kita akan mengajar di Yayazan Pazki, Depok. Panitia telah meminta izin kepada para pengurusnya, dan mereka amat senang dan terbuka dengan rencana kita tersebut. Kalau tertarik, maka nanti peta menuju kesana akan panitia berikan. Bila gak punya kendaraan, tenang aja, nanti akan ada panitia yang antar-jemput J

Anak-anaknya kaya gimana sih?
Anak-anaknya di range usia 5 – 20 tahun. Jumlah sekitar 40-50 Orang, 20 % diantaranya adalah perempuan. Mayoritas dari mereka adalah anak jalanan atau anak yatim. Jangan bayangin anak-anak jalanan yang ada di jalan-jalan jakarta yang kotor, nakal, dan terkesan “liar”. Meski dilabeli “anak jalanan” tapi gw jamin mereka anak baik, sopan, lucu, dan punya keinginan belajar yang tinggi. Bila ada satu dua anak yang “nakal”, ya namanya juga anak-anak. Namun pada prinsipnya mereka LOVEABLE J

Gw mau sih, tp gw kan ga bisa ngajar, gimana donk?
Nah, kan sudah disebutin di awal, ini adalah kegiatan “TrabalGlitter Berbagi Ilmu”, bukan “TrabalGlitter Mengajar Anak-Anak Pazki Sampai Pintar dan Yahud”. Jadi its okay bila tidak punya pengalaman mengajar. Di kegiatan ini TrabalGlitter silahkan berbagi apapun seputar pengetahuan yang dketahui, seperti hobi, keahlian, keterampilan, atau apapun. Nanti akan ada pihak guru dan panitia – yang memang bekerja sebagai guru/trainer- yang mendampingi, so no need to worry J

Duh, gw ga bisa apa-apa, apa yang mau dibagi ya?
Apa pun boleh. Sejauh tidak pornografi, pornoaksi, dan berbau SARA. Pada prinsipnya semua orang itu punya ilmu yang bisa dibagi lho, bahkan hal sekecil apapun. Jadi jangan pernah mengecilkan diri dengan berkata “gw ga punya apa-apa yang bisa dibagi nih”.
Contoh yang bisa menjadi materi untuk dibagi : hobi (misal fotografi, lomografi, memasak, buat kue, dll), keterampilan (jahit-menjahit, gambar, rajutan, dll), kesenian (alat musik, tarian, dll), profesi (misal seorang dokter yang sharing mengenai bahaya narkoba, dll), dan masih banyak lagi.

Terus kapan acara ini diselenggarain?
Bila tidak ada halangan maka di akhir september, minggu I, dan minggu II Oktober di setiap Sabtu-Minggu.

Berapa lama sih waktu nya untuk berbagi ilmu?
Tergantung materi yang mau di share. Namun sebagai gambaran, range antara 1 – 2 Jam aja. Jadi dalam sekali kedatangan, bisa di share 3 - 4 materi (bila waktu yang diberikan pengurus yayasan adalah pukul 8.00 - 15.00 per kedatangan). Di Yayasan Pazki ada dua ruangan yang bisa digunakan, jadi kelas bisa dijalankan secara pararel. Untuk pembagian waktu, kelas, dan orang yang berbagi akan diatur kemudian. Oleh karena terbatasnya tempat dan waktu, maka yang semakin cepat mendaftar akan didahulukan ya.

Gw pengen banget kontribusi, tapi ga ada waktu?
Janganlah sampai “waktu” membatasi keinginan untuk berbagi (sedaaap). Bila memang tidak sempat secara fisik datang ke Yayasan Pazki, maka terbuka pula kontribusi dalam bentuk lain. Misal, menyumbang buku-buku bekas yang masih layak guna, pakaian layak pakai, alat musik, sumbangan uang, dan lain-lain. Tidak sempat mengantar ke Pazki? Tenaaang. Panitia akan memberikan full service dengan menjemput kontribusi TrabalGlitter langsung ke rumah masing-masing.

Kira-kira demikian informasi yang bisa gw berikan. Bila TrabalGlitter tertarik maka bisa langsung kontak gw (Verdi) di 0818893445 atau via email arya.verdi@gmail.com . Untuk pin BB, gw kasitahu ke yang tertarik via SMS aja ya.
Jika diantara kita ada yang menyimpan keinginan untuk jadi guru, atau sekedar ingin coba aktivitas baru sekaligus beramal, maka kegiatan ini tepat banget untuk diikuti. Sungguh sayang kalau pengetahuan yang TrabalGlitter punya hanya dimampatkan saja untuk diri sendiri tanpa pernah memberi manfaat untuk orang lain.


Remember, SHARING is CARING!
Ditunggu ya kontribusinya!!

sumber gambar :


Minggu, 22 Juli 2012

Kunjungan ke Yayasan PAZKI

written by : Arya Verdi Ramadhani

“Mas Haqi, saya sudah di daerah Depok. Dari sini ke arah mana ya?” gw bertanya melalui telepon.
“Mas, cari saja Depok Mall, nah di seberangnya ada Bank BCA. Setelah BCA ada gang kecil, Mas belok saja disitu. Nanti tinggal cari Mushalla kecil” jawab suara di ujung sana.
Percakapan tersebut terjadi antara gw dan Mas Haqi pada sabtu, 21 Juli yang lalu. Meki sempat sedikit “nyasar”, akhirnya kami bisa menemukan tempat yang dicari, yaitu Yayasan Pazki.  

Padepokan Zammi Karina Indonesia, atau biasa disingkat PAZKI, adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Yayasan yang berlokasi di bilangan Depok ini, menyelenggarakan pendidikan yang  ditujukan bagi anak-anak jalanan, dhuaffah, anak yatim, dan anak terlantar. Saat ini ada kurang lebih 40 anak yang bernaung di bawah Yayasan ini. Pendidikan yang diselenggarakan bertujuan agar anak-anak tersebut menjadi berdaya dan tidak lagi tertindas oleh lingkungan yang memberikan pengaruh buruk kepada mereka. Sistem pendidikan yang dibangun di yayasan tersebut adalah Pendidikan Profesional Berbasis Kekeluargaan. Artinya, para pengurus yayasan dan guru mengutamakan penanganan anak dengan pendekatan “Cinta”. Dengan “cinta”, maka anak-anak tersebut akan merasa senantiasa aman dan nyaman, sesuatu yang mungkin selama ini tidak mereka rasakan.  

Pada Sabtu siang itu, gw (ditemani istri tercintaah..asoooi), Teboi, dan Pitut selaku panitia GREYUNION sengaja berkunjung ke Yayasan Pazki. Bagi gw pribadi, kunjungan ini sekaligus menuntaskan amanah yang lama tertunda. Ya, gw sudah lama berjanji kepada Mas Haqi – sahabat lama gw sekaligus pengurus yayasan- untuk berkunjung ke Pazki. Di samping hal itu, selain bersilaturahmi, kunjungan kali ini sekaligus menjadi ajang perkenalan antara pengurus Pazki dan panitia GREYUNION. Pada tulisan sebelumnya, gw bercerita bahwa GREYUNION sedikit berbeda dengan acara reuni lainnya karena terdapat kegiatan pre-reuni yang dapat mewadahi kegiatan saling berbagi, di antara nya kegiatan berbuka puasa bersama dan berbagi ilmu dengan anak yatim/anak jalanan. Nah, bersama Yayasan Pazki inilah kita akan mewujudkan rencana tersebut.

Kembali kepada cerita perjalanan kami menuju Pazki. Setelah sempat nyasar cukup jauh, akhirnya kami tiba di gang kecil yang disebutkan oleh Mas Haqi. Bermodalkan insting “sok tau” kami berusaha untuk menemukan sendiri mushalla yang disebutkan Mas Haqi. Walhasil, kami kembali salah jalan. Hehehe.  Jalan yang kami lewati dapat dikatakan cukup sempit, hanya muat dilewati satu mobil. Untungnya saat itu, tidak ada mobil lain dari arah berlawanan. Sehingga kami tidak perlu repot-repot memberikan jalan. Setelah melewati jalan sempit tersebut, kami diarahkan Mas Haqi untuk memarkir mobil di sebuah lapangan yang cukup besar. Di sanalah mobil-mobil yang dimiliki warga sekitar biasa diparkir.  Begitu turun dari mobil, kami disambut dengan sangat hangat oleh Mas Haqi dan istri. Kami pun kemudian diajak berjalan kaki beberapa meter lagi, melewati rumah-rumah warga, sebelum sampai di Yayasan Pazki.


Yayasan Pazki adalah sebuah rumah “setengah jadi”, alias masih dalam tahap pembangunan. Saat kami tiba disana, terlihat beberapa anak yang sedang berkumpul. Anak-anak itu – yang kesemuanya adalah lelaki -  mayoritas berkulit hitam, berambut ala anak jaman sekarang, berbaju sedikit lusuh dan tanpa menggunakan alas kaki. Sekilas mereka mewakili penampilan anak jalanan yang biasa ditemukan di pinggir jalan kota Jakarta.


Dalam hati, gw amat maklum dengan penampilan mereka, toh pada dasarnya mereka memang anak-anak jalanan. Meski berpenampilan demikian, mereka semua amat sopan dengan tamu yang berkunjung. Melihat kami datang, tanpa dikomando mereka semua menghampiri dan mencium tangan kami satu persatu sambil mengucapkan salam. Hal yang membuktikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan mengenai sopan santun yang baik. Gw membatin, bila mereka tetap berada di jalanan, hampir mustahil mereka dapat berperilaku demikian.

Obrolan antara kami dan Mas Haqi berlangsung di sebuah saung kecil. Menurut Mas Haqi, selain digunakan untuk menyambut tamu yang berkunjung,  saung tersebut biasa digunakan bagi para guru untuk mengajar anak-anak penghuni Pazki. Seiring waktu berjalan, Mas Haqi banyak bercerita mengenai visi dan misi Pazki, tantangan dalam mendidik anak-anak, dan rencana pembangunan yang masih terus berjalan. Sebagai informasi, segala dana operasional Pazki 100% berasal dari para donator yang ikhlas berbagi sebagian rezekinya. Dalam obrolan tersebut, kami bercerita mengenai rencana kami untuk mengajak anak-anak Pazki untuk berbuka bersama anak-anak SMUN 70 angkatan 2001 dalam acara GREYUNION. Kami juga menceritakan keinginan untuk berbagi ilmu kepada anak-anak Pazki. Mas Haqi menyatakan kegembiraannya rencana kami tersebut. Menurutnya, anak-anak Pazki amat memerlukan acara-acara seperti itu untuk membuktikan bahwa masih banyak orang di luar sana yang mau berbagi dan peduli dengan mereka. Selain itu, dengan adanya kegiatan berbagi ilmu, maka anak-anak Pazki akan mendapatkan pengetahuan yang mungkin selama ini tidak mereka dapatkan dari para guru.


Setelah hampir satu jam kami berbincang, Mas Haqi mengajak kami untuk melihat bagian dalam Pazki. Saat masuk ke dalam, terlihat di tembok rumah foto-foto anak penghuni Pazki yang tertata rapi.
Di bagian pojok rumah tersebut, terdapat sebuah lemari buku, yang Mas Haqi sebut “perpustakaan kecil”. Namun, belum banyak buku yang menjadi koleksi Pazki. Disamping itu, Mas Haqi mengakui sulitnya menumbuhkan minat membaca pada anak-anak. Hm, gw membatin bahwa menyumbang buku bisa menjadi salah satu kontribusi yang dapat diberikan oleh GREYUNION.  Kemudian, kami diajak melihat bagian luar Pazki. Di bagian tersebut akan dibangun dapur dan kamar anak, karena kamar yang sekarang sudah tidak bisa menampung para penghuni Pazki yang semakin bertambah. Setelah berbincang beberapa saat lagi, kami pun mohon pamit pulang kepada Mas Haqi dan istri. Sambil berjalan menuju mobil, kami berjanji kepada untuk segera menindaklanjuti rencana buka puasa dan berbagi ilmu. Untuk buka bersama, kami rencanakan untuk diadakan pada hari MInggu 5 Agustus, sedangkan acara berbagi ilmu akan dilaksanakan pada pertengahan September. Mas Haqi dan istri pun tersenyum mendengar rencana kami tersebut dan amat menanti kehadiran kami kembali.

Di perjalanan pulang, kami saling berbagi betapa berkesannya kunjungan tersebut. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa masih ada orang-orang yang rela bekerja tanpa mengharapkan imbalan demi pendidikan anak-anak Indonesia. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, betapa pendidikan yang baik dapat mengubah perilaku anak. Kami melihat dengan mata kepala sendiri, betapa mulianya orang-orang yang ikhlas berbagi demi kepentingan orang lain. Kami bermimpi, bila saja semua orang rela berbagi maka tentu akan semakin banyak lahir Pazki – Pazki lain. Kami bermimpi, bila saja semua orang rela berbagi maka akan semakin banyak anak Indonesia yang berkesempatan mendapat pendidikan yang baik. Melalui GREYUNION, mari kita wujudkan bersama sedikit saja dari mimpi tersebut. Libatkan diri teman-teman dalam kegiatan berbuka bersama dan berbagi ilmu bersama anak-anak Pazki. Bila hal tersebut belum memungkinkan, maka jangan khawatir. Dengan mengikuti GREYUNION teman-teman sudah terlibat dalam kegiatan tersebut, karena uang yang teman-teman bayarkan sebagai HTM GREYUNION, sebagian akan panitia sisihkan untuk mendukung kegiatan Pre-Reuni tersebut. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, ramaikan kegiatan tersebut. Untuk detail acaranya, ditunggu aja ya melalui situs ini atau twitter @TRBGLT.

Sabtu, 14 Juli 2012

SHARE Our Memorable Journey

written by : Arya Verdi Ramadhani

Pada tahun ini, bila tidak ada aral melintang, Trabalista & Glitter 70 akan melewati sebuah kegiatan yang amat spesial, yaitu acara reuni yang lebih dikenal dengan sebutan “GREYUNION”. GREYUNION mengedepankan tema yang sederhana namun sarat akan makna, “Share Our Memorable Journey”. Di usia Trabalista & Glitter yang terus bertambah tentu banyak sekali perubahan diri dan perjalanan hidup yang telah dilewati semenjak kita pertama kali bergabung sebagai anggota SMUN 70. Namun, karena kesibukan masing-masing, kadang sedikit sekali waktu yang tersedia untuk bertemu kembali dengan teman-teman seangkatan dulu untuk berbagi perjalanan hidup kita. Memahami hal tersebut, GREYUNION dilaksanakan dengan tujuan dapat menjadi ajang kita untuk temu kangen, silaturahmi, dan yang terpenting share atau berbagi.

Di GREYUNION nanti, kita bisa bertemu teman teman lama yang – mungkin – sudah bertahun tidak bertemu, maka di sana lah menjadi ajang kita untuk berbagi cerita dan pengalaman,  yang tidak sebatas saat kita sebagai utas sampai dengan agit, namun juga masa kuliah dulu, masa-masa pernikahan, dan juga perjalanan karir kita sampai saat ini. Lalu apa yang membedakan GREYUNION dengan acara reuni lainnya sehingga tidak hanya terhenti di seremoni temu kangen belaka? Yang membedakan adalah kata “SHARE” alias berbagi. Tidak hanya berbagi cerita pada teman saat GREYUNION berlangsung, namun juga berbagi ilmu, berbagi rezeki, dan berbagi kebahagiaan bagi orang-orang yang lebih kurang beruntung dibandingkan kita. Lho kok bisa? Ya, karena panitia telah merencanakan beberapa kegiatan Pre-Reuni yang dapat mewadahi kegiatan berbagi tersebut, di antara nya kegiatan berbuka puasa bersama dengan anak yatim/anak jalanan, donor darah, dan mengajar anak-anak kurang mampu di sebuah sekolah gratis.

Semua kegiatan tersebut tentu membutuhkan dana. Nah, uang yang teman-teman bayarkan sebagai HTM GREYUNION, sebagian akan panitia sisihkan untuk mendukung kegiatan Pre-Reuni tersebut. Pertanyaannya, sepenting apakah kegiatan berbagi tersebut? Apa manfaatnya bagi kita sebagai individu? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, izinkan gw berbagi sebuah cerita .

Pada awal tahun 2004, bersama teman-teman sesama mahasiswa, kami membuat suatu program pendidikan bagi anak-anak korban penggusuran di perkampungan nelayan Kali Adem, Jakarta. Perkampungan tersebut persis bersebelahan dengan satu komplek yang dihuni oleh masyarakat kelas atas, dan hanya dibatasi oleh sebuah tembok panjang yang telah kusam. Tembok itu seakan-akan menjadi saksi bisu besarnya jurang pemisah antara masyarakat mapan dan masyarakat miskin di Jakarta. Beberapa diantara tembok tersebut sengaja dibolongin oleh anak-anak Kaliadem agar mereka dapat bermain dan bercanda tawa di taman bermain komplek tersebut- hal yang amat mewah bagi mereka.  Mereka bermain disana dengan resiko sewaktu-waktu diusir oleh satpam. Kadang gw tidak bisa menahan senyum saat mereka “berkejar-kejaran” dengan satpam tersebut.

Untuk anak-anak itu, kami sengaja membuat kurikulum pendidikan yang berbasiskan pembangunan karakter dengan metode pengajaran yang penuh aktivitas gerak, bernyanyi, dan permainan agar mereka tidak mudah bosan. Meski memiliki kesibukan masing-masing, namun kami selalu berusaha untuk datang secara rutin setiap akhir pekan. Sungguh tidak ada satu pun diantara kami yang pernah mengeluh meski harus merelakan waktu istirahat di akhir pekan, menempuh perjalanan yang cukup jauh, dan tanpa mendapatkan imbalan apapun. Segala kelelahan dan perjuangan habis terkikis dengan senyuman dan canda tawa dari anak-anak Kali Adem. Kami semua melakukannya dengan sukarela dengan semangat ikhlas untuk berbagi ilmu.

Sungguh, gw sangat menikmati kegiatan tersebut. Bagaimana tidak? Di saat banyak orang berpikir bahwa meraih kebahagiaan itu sulit dan mahal, gw mendapatkannya dengan mudah dan tanpa biaya. Tambahan pula, kebahagiaan tersebut tidak hanya dirasakan sendiri, namun juga dirasakan puluhan anak-anak kurang beruntung yang selalu menyambut kami dengan pelukan dan senyuman setiap kali melihat kami tiba di tempat mereka. Bagi anak-anak tersebut, kedatangan kami adalah kebahagiaan dan hiburan tersendiri di tengah kesulitan hidup yang mendera mereka. Sungguh membuat bahagia!

Beberapa orang sempat menanyakan “untuk apa sih melakukan semua itu? Kan gak dapat bayaran apapun”. Hm, entah yah, tapi sejak melakukan kegiatan semacam itu gw semakin menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih berharga daripada imbalan materi belaka. Penasaran dengan hal tersebut, gw mencoba membongkar literatur-literatur psikologi. Setelah membaca beberapa tulisan dan artikel, gw mendapatkan bukti bahwa kegiatan berbagi yang dilakukan secara sukarela memang memiliki pengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang. Sebuah penelitian membuktikan bahwa kegiatan berbagi dapat menurunkan perasaan stres, meningkatkan kepuasan hidup yang lebih tinggi, perasaan yang lebih kuat dalam menghargai diri sendiri, dan depresi/kecemasan yang lebih sedikit. Intinya, salah satu hal penting yang terungkap melalui penelitian tersebut adalah bahwa berbagi kepada orang lain ternyata secara signifikan mempengaruhi peningkatan kebahagiaan kita.

Segala kegiatan, selama positif, tentu ada manfaat bagi orang yang melakukannya. Nah, begitu pula bila melakukan kegiatan berbagi secara sukarela. Kira-kira berikut rangkuman manfaat yang didapatkan :
  1. Meningkatkan kepedulian kita kepada suatu hal atau orang lain
  2. Menunjukkan suatu tanda kedewasaan, yaitu dapat berpikir hal-hal lain selain kebutuhan atau keinginan sendiri.
  3. Meningkatkan kebahagiaan diri sendiri melalui memberikan bantuan untuk orang lain.

Mudah-mudahan gw berhasil membuat teman-teman menjadi lebih tertarik untuk melakukan kegiatan berbagi – yang tentu dilakukan dengan sukarela. Semakin banyak orang yang saling membantu sesama, tentu akan semakin banyak energi positif yang menyebar diantara kita.  Angkatan kita telah membuktikan bahwa keinginan untuk berbagi telah tertanam kuat di diri dengan terkumpulnya – secara cepat – sejumlah uang untuk membantu Pak Amir, guru olahraga kita saat kelas satu dulu, yang sedang terbaring di ICCU RSCM karena serangan jantung. Salut buat teman-teman semua. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, ramaikan kegiatan Pre-Reuni tersebut. Untuk detail acaranya, ditunggu aja ya melalui situs ini atau twitter @TRBGLT.





Sabtu, 07 Juli 2012

GREYUNION - share our memorable journey

written by : Arya Verdi Ramadhani





Nostalgia SMA kita
Indah lucu banyak cerita
Masa-masa remaja ceria
Masa paling indah
Nostalgia SMA kita
Takkan hilang begitu saja
Walau kini kita berdua
Menyusuri cinta

 

Tentu masih pada inget dengan penggalan teks lagu “Nostalgia SMA Kita” di atas kan? Kalau enggak inget, berarti penulis yang terlalu jadoel nih, hehehe. Buat membantu mengingat, lagu ini dipopulerkan oleh Paramitha Rusady. Lagu tersebut mengingatkan kita semua pada sebuah ungkapan lama, yakni ”masa SMA adalah masa-masa paling indah”. Masa dimana seseorang mengalami banyak pengalaman baru, masa remaja, belajar untuk memegang tanggung jawab, dan tentu saja, masa yang penuh cinta. Dalam kasus ini, kita mengalami semua itu pada masa yang sama dan juga pada SMA yang sama. Ya, masa di tahun 1998 - 2001 di SMA 70 Bulungan tercinta. Tampaknya bintang di langit pun tidak bisa mengalahkan jumlah cerita kenangan selama kita bersekolah di sana (aiih sedaaap). Mulai dari cerita kucing-kucingan sama agit selama utas, cerita kegiatan di eskul, cerita-cerita tubir, cerita ultah sweet seventeen, cerita jalan-jalan ke bali, cerita jadi penguasa pas agit, sampai cerita-cerita cinta (yang mayoritas berakhir tragis). Semua itu, gw yakin, tersimpan rapi di ruangan spesial dan khusus di memori otak kita. Yang tak akan lekang oleh waktu (latar belakang lagu kerispatih). 

Sampai saat ini, gw masih amat bangga bila ditanya "dulu SMA dimana?"// "Oh, di 70, tau kan?!" //"Iya, tau lah, 70 gitu". Kata temen gw, 70 itu unik. Anak-anak nya berandalan, berantakan, gak karuan, tapi otaknya encer-encer semua. Kata guru-guru, 70 itu aneh. Anak unggulan, tapi doyan tubir. Tapi kata gw, 70 itu buku, cinta, dan pesta. Kita belajar, kita bercinta, dan kita berkawan di sana. Bisa dikatakan - bila tidak berlebihan- keberhasilan perjalanan hidup kita sekarang, sedikit banyak disebabkan masa-masa saat kita bersekolah di SMA 70 dulu.

Saat ini masing-masing dari kita sudah memiliki kehidupan sendiri. Membangun karir dan  membentuk keluarga sakinah mawadah warahmah dengan anak, suami, dan istri yang dicintai (aiih sedaaap). Namun, setiap kita, pasti pernah - meskipun hanya sedetik -teringat masa-masa SMA dulu. Memori tersebut sampai membuat kita tertawa sendiri, tersenyum sendiri, atau mungkin bahkan sampai - tanpa disadari - meneteskan air mata (agak berlebihan sih). Loe ga sendiri kok. Siapapun yang memiliki cerita masa SMA yang sedemikian dahsyatnya, tentu akan merasakan hal yang sama. So, mengapa kita tidak "mengulang" kembali masa-masa itu?

GREYUNION lahir dari pemikiran di atas. Sebuah wadah temu kangen dan silaturahmi bagi angkatan abu-abu (GREY) Trabalista dan Glitter 70 untuk kembali "bersatu" (UNION) yang - Insyaallah - akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2012, 13.00 - 16.00 WIB, di Bellarosa - Jeruk Purut. Mengangkat tema "Share Our Memorable Journey", GREYUNION memiliki ide utama untuk setiap kita saling berbagi cerita, kenangan, dan cinta selama melewati masa remaja di SMA 70. Saat GREYUNION, kita akan bertemu lagi dengan sahabat lama, teman sekelas dulu, teman satu eskul, beberapa bapak/ibu penjual di kantin, mantan pacar, dan bahkan mantan kasih tak sampai. Di GREYUNION pun kita bisa membuktikan bahwa keajaiban itu ada. Yang dulu dihina-hina berwajah buruk rupa, sekarang ternyata memiliki pasangan hidup yang tampan/ cantik rupawan. Yang dulu memiliki bentuk badan tidak karuan, sekarang berbodi bak model mancanegara. Yang dulu bukan siapa-siapa, sekarang sukses dengan karirnya. Ajaib bukan?


Lalu apakah itu saja? Tentu tidak! GREYUNION berusaha membuat perbedaan dari acara reuni lainnya. Dengan berlandaskan kata "Share" pada tagline, pihak panitia berusaha mewujudkan kegiatan pre-reunion berupa charity. HTM yang dibayarkan, selain digunakan untuk membayar operasional acara, sebagian akan disisihkan untuk kegiatan charity tersebut, yaitu antara lain acara buka puasa bersama dengan anak yatim/ anak jalanan (pertengahan agustus), kegiatan mengajar di sekolah gratis untuk anak jalanan (pertengahan september), dan donor darah. Apakah acara itu akan benar-berjalan? Panitia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkannya, namun tidak akan optimal tanpa adanya dukungan dari Trabalista dan Glitter 70. Semua kita amat sangat bisa terlibat dalam acara-acara tersebut. Detail kegiatan akan disusulkan kemudian ya :)

Jadi, membaca pemaparan di atas, kayanya gak ada alasan untuk gak dateng ke GREYUNION ya? Bila hadir disana, lo semua juga akan mendapatkan gratis foto dengan latar belakang yang ciamik, langsung di cetak dan di bawa pulang hari itu juga.. WOW!, akan mendapatkan satu DVD berisi foto-foto kenangan selama di SMA 70 yang dikumpulkan dari berbaga sumber dan film "PICIDI GUE" Jilid II..WOW!!..serta temu kangen sekaligus menikmati acara spesial yang telah dipersiapkan khusus untuk anda..WOW!!!.

So, yuk yuk, setelah baca blogs ini, langsung ke ATM, dan transfer HTM sesegera mungkin ya!!
See u all there, dan bersiaplah untuk berbagi "Your Memorable Journey!"

GREYUNION - TRB & GLT 70 REUNION

Cerbung - Sepanjang Jalan Bulungan

written by : F.A. Triatmoko H. S.

Aku senang menceritakan pengalaman pribadi; harapannya, siapa tahu bisa menginspirasi orang yang membaca. Proyek pertama yaitu kumpulan kisah keseharianku selama bersekolah di sebuah SMA negeri di kawasan Bulungan. Yup, aku adalah alumnus SMA 70. Angkatanku dikenal dengan Trabalista dan Glitter, masuk pada 1998 dan lulus pada 2001.

Kisah-kisah tersebut sebenarnya sudah tertulis menjadi satu dalam sebuah halaman di Facebook, dengan judul “Sepanjang Jalan Bulungan“. Namun tak ada salahnya aku memberikan cerita-cerita itu di blogs ini. Selamat menikmat ya : )

Cerbung - Awal Mulanya Masuk 70

written by : F.A. Triatmoko H.S.


Akhir-akhir ini Aku melihat berita-berita miring tentang almamaterku, SMA 70. Mulai dari pemalakan oleh anak kelas 3 terhadap kelas 1, tawuran, hingga kekerasan anak kelas 3 kepada kelas 1. Karena santernya berita itu, entah karena apa, Aku jadi kangen dengan masa-masa itu. Kenangan-kenangan waktu itu, mulai liar bermunculan di kepalaku. Kini, kucoba saja mengeluarkan kisah-kisah itu lagi..

--

Bulan-bulan terakhir SMP. Sebentar lagi akan ada EBTANas (Evaluas Belajar Tahap Akhir Nasional). Saat inilah Aku harus menentukan SMA tujuanku nanti.

Beberapa pilihan masuk dalam daftar-pilihku: SMA 8, 70, 28, 38 dan 55. Namun, diantara 5 pilihan, hanya beberapa yang masuk hitungan: SMA 8, 70, 28 dan 38. Dari empat itu, aku diharuskan untuk memilih 3. Pilihan pun tak terlalu sulit. SMA 8 pun akhirnya kuhilangkan dari daftar. Alasannya sederhana: Aku ingin bersekolah di SMA unggulan, namun yang aktivitasnya tak hanya belajar (waktu itu, imej SMA 8 bagiku adalah sekolah belajar terus). Ditambah lagi, 8 terasa sangat jauh bagiku; daerah Bukit Duri yang ku tak tahu dimana itu. Akhirnya, lewat lah sekolah itu.

Lalu, antara SMA 70 dan 28. Keduanya adalah sekolah bagus. Namun, 70 tak punya kelebihan yang dimiliki 28, yaitu letaknya yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Tapi ternyata hal itu tidak berpengaruh terhadap pemilihanku. Aku lebih tertarik dengan reputasi SMA 70 sebagai SMA tukang berkelahi. Akhirnya, terdorong darah muda yang mengaliri nadiku saat itu, SMA 70 pun mejadi pilihan pertamaku.

--

Setelah EBTANas, Aku tinggal menunggu pengumuman penerimaan SMA. Tapi, saat itu Aku cukup yakin bisa masuk 70. Penyebabnya adalah permainan kartu remi. Kok bisa?

Tahun itu adalah 1998, bertepatan dengan piala dunia 1998 dimana Perancis menjadi tuan rumah sekaligus juaranya. Sama seperti pria-pria kebanyakan, Aku pun ikutan begadang untuk nonton bola.Di sela-sela menanti siarang langsungnya, Aku dan beberapa saudaraku bermain kartu remi. Permainan itu pun dihitung; menang kalahnya, sehingga pemenang akan dilihat dari pemain dengan angka terbesar.

Nah, beberapa kali aku mendapatkan nilai 70 ketika bermain. Walaupun alasan tersebut sangat dangkal, namun Aku cukup percaya bahwa angka itu akan membawaku ke SMA pilihanku.

Dan ternyata benar. Ketika pengumuman penerimaan SMA, Aku dan beberapa temanku diterima di 70. lalu terbayanglah bersekolah di sekolah elit di kawasan Bulungan, dengan reputasi tukang berkelahi.